“Suke”, Sisi Lain Kedelai


Susu merupakan produk pangan yang menjadi sumber utama pemenuhan kebutuhan kalsium (Ca) tubuh. Seperti halnya di negara-negara barat yang konsumsi susunya sudah cukup tinggi, sebagian besar masyarakat Indonesia mengonsumsi susu dalam bentuk susu hewani, terutama susu sapi.

5

Pekerja melakukan proses pembuatan susu kedelai di salah satu produsen susu kedelai di Margaasih Kabupaten Bandung, beberapa waktu lalu.

Belakangan, masyarakat memang sudah mulai gandrung mengonsumsi susu kedelai (soy milk) – lebih populer disebut dengan istilah “suke”. Namun, tetap saja, proporsinya masih jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan konsumsi susu sapi. Ada banyak faktor yang menyebabkan mengapa susu kedelai kurang populer di masyarakat, mulai dari kebiasaan, minimnya kampanye konsumsi, keterbatasan bahan baku kedelai, hingga kurangnya informasi mengenai kandungan gizi suke.

Harus diakui, kandungan kalsium dalam susu kedelai memang lebih rendah daripada yang terdapat dalam susu sapi. Dalam satu liter susu kedelai murni mengandung sekitar 200 mg kalsium atau enam kali lebih rendah daripada yang terdapat pada susu sapi. Meski demikian, susu kedelai komersial umumnya sudah diperkaya dengan tambahan kalsium hingga kandungannya mencapai 1.200 mg per liter atau sama dengan kalsium yang terdapat dalam susu sapi.

Sebagian besar produsen susu kedelai menggunakan tri-calcium phosphate sebagai sumber kalsium yang ditambahkan pada produk susu kedelai mereka. Sumber kalsium lainnya, yaitu kalsium karbonat dan kalsium nabati dari ganggang laut (Lithothamnium calcarcum). Sebagai catatan, kalsium di dalam air – digunakan dalam proses pembuatan susu kedelai, sangatlah penting. Takaran kalsium yang dianggap baik berkisar antara 0 – 600 mg per liter.

Yang jadi pertanyaan, apakah kita memang benar-benar membutuhkan kalsium yang begitu tinggi dalam susu kedelai?

Sebuah studi memperlihatkan bahwa asupan susu dan kalsium dari susu yang terlalu tinggi ternyata berhubungan dengan peningkatan risiko terkena osteoporosis. Penelitian yang dilakukan The Harvard’s Nurses Health Study dengan melibatkan sekitar 57.000 wanita, memperlihatkan bahwa wanita yang mengonsumsi sebagian besar kalsium dari produk susu, dua kali lipat mengalami patah tulang pinggul daripada wanita yang menerima asupan kalsium lebih sedikit dari produk susu.

Nilai nutrisi

Nilai nutrisi susu kedelai (per 100 gram) terdiri dari 93.3 gram air, energi 33 kcal (138 kJ), pretein 2.8 gram, lemak 2 gram, asam lemak jenuh 0.21 gram, asam lemak tak jenuh 1.13 gram, karbohidrat 1.8 gram, serat 1.3 gram, abu 0.27 gram, isoflavon 8.8 mg, kalsium (Ca) 4 mg, besi (Fe) 0.58 mg, magnesium (Mg) 19 mg, fosfor (P) 49 mg, kalium (K) 141 mg, natrium (Na) 12 mg, seng (Zn) 0.23 mg, tembaga (Cu) 0.12 mg, mangan (Mn) 0.17 mg, selenium (Se) 1.3 mikrogram, vitamin B1 (thiamin) 0.161 mg, vitamin B2 (riboflavin) 0.07 mg, vitamin B3 (niacin) 0.147 mg, vitamin B5 (asam panthotenic) 0.048 mg, vitamin B6 0.041 mg, asam folat 1.5 mikrogram, vitamin A 3 mikrogram, vitamin E 0.01 mg. (Sumber: USDA Nutrient Database for Standard Reference).

Memang, jika standarnya hanya mengacu pada kandungan kalsium, susu kedelai kalah oleh susu sapi. Namun, jika dilihat dari berbagai faktor, susu kedelai menawarkan lebih banyak manfaat dan keuntungan, khususnya demi alasan kesehatan. Dengan alasan itu pula, kini kian banyak orang menyukai susu kedelai. Bahkan konsumsi susu kedelai kini jadi tren di masyarakat barat, terutama sejalan dengan makin banyaknya orang yang menganut pola makan vegetarian. Setidaknya ada tujuh kelebihan susu kedelai jika dibandingkan dengan susu sapi.

Pertama, susu kedelai berisi hanya protein nabati. Keberadaan protein nabati memberi keuntungan tersendiri karena menyebabkan sedikit kehilangan kalsium melalui ginjal.

Kedua, susu kedelai tak mengandung laktose. Sekitar 75 persen penduduk dunia tidak toleran terhadap laktosa. Beberapa kelompok etnik lebih banyak terpengaruh daripada yang lainnya. Sebagai contoh, sekitar 75 persen orang Afrika dan 90 persen orang Asia tidak toleran terhadap laktosa. Manfaat tambahannya, susu kedelai mengandung gula prebiotik stachyose dan raffinose. Gula-gula prebiotik ini mampu meningkatkan imunitas dan membantu mereduksi racun dalam tubuh.

Ketiga, lebih sedikit orang yang alergi susu kedelai. Sekitar 0.5 persen anak-anak alergi terhadap susu kedelai, sedangkan 2.5 persen alergi terhadap susu sapi. Fakta ini penting karena faktor alergi terhadap susu bisa jadi hambatan tersendiri bagi seseorang untuk bisa mendapatkan nilai gizi dari susu. Susu kedelai bisa jadi substitusi bagi mereka yang alergi terhadap susu sapi.

Keempat, susu kedelai mampu menurunkan kolesterol. Lemak jenuh yang terdapat dalam susu sapi sangatlah tidak sehat dan meningkatkan kadar kolesterol tubuh. Protein susu sapi tidak bermanfaat bagi kolesterol. Sebaliknya, protein kedelai bisa menurunkan kadar kolesterol. FDA (Food and Drugs Administration of US) atau Badan Pangan dan Obat-obatan AS mengkonfirmasi, sebagai bagian dari diet rendah lemak jenuh dan kolesterol, susu kedelai secara signifikan bisa mereduksi risiko jantung koroner. FDA juga merekomendasikan agar menyertakan 25 gram protein kedelai dalam menu harian.

Kelima, susu kedelai tak mengandung hormon. Susu sapi tak hanya mengandung hormon alami (dari sapi), tetapi juga hormon sintetis, yang bisa memengaruhi kinerja tubuh kita. Hormon sintetis, seperti RBGH (recombinant bovine growth hormone) diketahui meningkatkan produksi susu hingga 20 persen.

Keenam, susu kedelai tidak menyebabkan ketergantungan insulin pada penderita diabetes. Meski belum ada kesepakatan di antara para ilmuwan, beberapa penelitian memperlihatkan adanya hubungan antara minum susu sapi pada tahap awal kehidupan manusia dan perkembangan ketergantungan insulin pada penderita diabetes. Pada susu kedelai, hubungan ini tidak ada.

Ketujuh, susu kedelai kaya akan isoflavon. Kehadiran isoflavon sangatlah penting dan menjadi manfaat yang unik dari susu kedelai. Tiap cangkir susu kedelai mengandung sekitar 20 mg isoflavon (terdiri atas genistein dan daidzein). Susu sapi tidak mengandung isoflavon.

Isoflavon memiliki banyak manfaat bagi kesehatan, termasuk mereduksi kolesterol, mempermudah gejala menopause, mencegah osteoporosis dan mengurangi risiko kanker (prostat dan paru). Kasus kanker sangat rendah pada negara-negara yang konsumsi produk kedelainya tinggi, termasuk susu kedelai. Isoflavon juga berfungsi sebagai antioksidan yang memproteksi sel tubuh dan DNA melawan oksidasi.

Syarifah S.P.

Tinggalkan komentar